Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
IMG-20250916-WA0005
12x6 pemelihan serentak 2025 (pj & sekda)
BANNER HUT
Mitra
Musiqo Music GoDaddy Store Image
Feature

Jejak Lokomotif Timah di Pangkalpinang: Kisah Modernisasi Tambang Bangka

×

Jejak Lokomotif Timah di Pangkalpinang: Kisah Modernisasi Tambang Bangka

Sebarkan artikel ini

Pangkalpinang – Sejarawan Bangka Belitung, Datuk Akhmad Elvian, menegaskan bahwa sejarah panjang pertambangan timah di Bangka, termasuk di Pangkalpinang, tidak bisa dipisahkan dari hadirnya mekanisasi yang diperkenalkan pemerintah kolonial Hindia Belanda pada abad ke-19.

Tonggak penting modernisasi tersebut ditandai dengan penggunaan mesin uap dan lokomotif yang mengubah sistem kerja tambang dari tradisional menjadi mekanis.

Dari Teknologi Tionghoa ke Mesin Uap

Sebelum kedatangan Belanda, kegiatan penambangan timah di Bangka sangat bergantung pada teknologi tradisional yang dibawa masyarakat Tionghoa. Peralatan tambang kala itu sebagian besar berbahan kayu, mulai dari pompa air sederhana (chinsia), roda air (chiacaw), bandar air (cankew), pengayak pasir (sakan), hingga bangunan bedeng atau rumah kepung tempat tinggal para pekerja.

Untuk peleburan timah, digunakan tanur Cina yang membutuhkan kayu bakar dalam jumlah besar. Cara ini dinilai tidak efisien karena menguras cadangan hutan. Kondisi itulah yang kemudian mendorong Belanda memperkenalkan mesin uap pada sekitar tahun 1870.

Lokomotif, “Mobil” Tambang Bangka

Mekanisasi tidak berhenti pada mesin uap. Belanda membawa masuk lokomotif yang multifungsi, antara lain untuk Menggerakkan pompa penyedot air tambang, Menjadi pembangkit listrik peleburan timah, Menyemprot dan menghisap material tambang, Menarik gerbong berisi timah maupun mengangkut pekerja. Bagi masyarakat lokal, lokomotif ini dikenal dengan sebutan “mobil”, karena dapat bergerak dari satu lokasi ke lokasi lain melalui rel.

Seiring berkembangnya industri, Belanda membangun jaringan rel kereta tambang di berbagai distrik Bangka seperti Mentok, Sungailiat, Toboali, dan Pangkalpinang. Rel-rel itu menghubungkan lokasi tambang darat dengan pusat peleburan timah.

Pangkalpinang dan Jejak Rel Tambang

Khusus di Pangkalpinang, terdapat jalur yang menghubungkan Sentral pusat peleburan timah yang dikenal masyarakat sebagai Puput dengan kawasan tambang di sekitarnya. Rel tersebut melintasi sejumlah titik strategis kota hingga masuk ke wilayah yang kini menjadi pusat pemerintahan.

Bahkan, menurut Elvian, sisa-sisa rel masih terlihat hingga tahun 1970-an, termasuk di sekitar Jalan Sudirman dan Jalan Trem. Nama “Kampung Trem” yang dikenal hingga sekarang diyakini berasal dari jalur kereta tambang tersebut.

Oven Vlandern dan Era Baru Timah

Selain lokomotif, Belanda juga memperkenalkan Oven Vlandern, teknologi peleburan timah berbasis listrik dengan pendingin air. Sistem ini jauh lebih efisien dibanding tanur Cina yang boros kayu, sekaligus menandai era baru modernisasi tambang timah Bangka.

Sayangnya, sebagian besar jejak kejayaan transportasi tambang itu kini telah hilang. Rel kereta ditutup atau dibongkar, bahkan banyak yang dimanfaatkan kembali sebagai bahan bangunan. Hanya sedikit artefak yang tersisa, salah satunya lokomotif tua di Taman Lokomobil Mentok serta koleksi di Museum Timah Indonesia.

Dari Sejarah ke Potensi Wisata Heritage

Bagi Akhmad Elvian, kisah lokomotif di Pangkalpinang bukan sekadar cerita teknis tentang mesin uap dan rel tambang. Ia adalah simbol transformasi industri timah dari tradisional ke modern, sekaligus saksi bagaimana kekayaan alam Bangka pernah menjadi pusat perhatian dunia.

“Jika dikelola dengan baik, peninggalan ini bisa menjadi daya tarik wisata sejarah, sebagaimana pengelolaan kereta wisata Sepur Kluthuk Jaladara di Solo,” ungkap Elvian.

Kini, tantangan terbesar adalah bagaimana generasi penerus mampu menjaga, melestarikan, dan menghidupkan kembali narasi sejarah tersebut. Tidak hanya sebagai pelajaran penting dari masa lalu, tetapi juga sebagai potensi besar pengembangan pariwisata heritage Bangka Belitung di masa depan.(Tim MCB)

error: Content is protected !!