Musik menjadi elemen penting dalam pertunjukan Betiong. Pada awalnya, kesenian ini hanya menggunakan beberapa instrumen seperti tawak-tawak, gong, gendang, dan biola (piul). Setiap instrumen ini memiliki peran yang khas, membantu membentuk karakter musik Betiong yang unik. Namun, dengan perkembangan zaman, lebih banyak instrumen musik ditambahkan ke dalam pertunjukan ini, seperti symbal, tamborin, dan tom-tom. Penambahan alat-alat musik ini dilakukan untuk memberikan sentuhan modern pada seni Betiong, agar lebih menarik bagi generasi muda dan penonton masa kini.
Melihat keunikannya, Betiong dianggap sebagai bagian penting dari warisan budaya Belitung yang harus dilestarikan. Salah satu lembaga yang berperan aktif dalam pelestarian ini adalah Sanggar Seni Budaya Barik Geresik Badau. Sanggar yang berlokasi di Kecamatan Badau, Kabupaten Belitung ini, telah melakukan berbagai upaya pelestarian kesenian Betiong sejak tahun 2015. Sanggar ini sebenarnya sudah aktif sejak tahun 2004 dengan nama Sanggar Bahari. Setelah beberapa kali mengalami perubahan nama, akhirnya pada tahun 2014, sanggar ini mengukuhkan namanya sebagai Sanggar Budaya Barik Geresik Badau.
Sejak berdirinya, sanggar ini telah berperan penting dalam menjaga kesenian tradisional di Belitung. Sanggar ini tidak hanya mengadakan latihan rutin dan pertunjukan, tetapi juga sering berpartisipasi dalam berbagai festival seni yang diadakan oleh pemerintah daerah. Mereka juga aktif memberikan pelatihan kepada generasi muda di sekitar sanggar, memastikan bahwa seni Betiong dapat diteruskan kepada generasi berikutnya.
Betiong kini diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB), sejak ditetapkan pada tahun 2012 dengan nomor registrasi 2012002720 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pengakuan ini menjadi bukti pentingnya Betiong sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia. Dengan status ini, sudah sepatutnya kesenian Betiong mendapatkan perhatian lebih, baik dari pemerintah maupun masyarakat, agar dapat terus dilestarikan dan dipromosikan.(*)