pangkalpinang, nidianews.com – Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Hellyana, merespons cepat atas insiden tragis yang menimpa seorang siswa sekolah dasar di Kabupaten Bangka Selatan, yang diduga menjadi korban bullying hingga meninggal dunia. Dalam kunjungan ke rumah duka di Desa Rawamangun, Hellyana hadir bersama anggota DPD RI Dinda Rembulan untuk menyampaikan belasungkawa secara langsung kepada keluarga korban.
“Saya bersama Ibu Dinda Rembulan telah mengunjungi rumah keluarga korban di Rawamangun, Bangka Selatan. Kami menyampaikan duka yang mendalam atas kepergian putra mereka. Peristiwa ini sungguh memilukan, apalagi terjadi di lingkungan sekolah dasar,” ujar Hellyana kepada awak media saat ditemui di Kantor Gubernur, Jumat (1/8/2025).
Setelah berdialog dengan keluarga, Hellyana mengungkapkan bahwa menurut informasi yang diterima, korban mengalami tindakan bullying dari enam siswa lain—empat diduga melakukan kekerasan fisik, sementara dua lainnya melakukan perundungan secara verbal. Namun, ia mengimbau semua pihak agar menahan diri dan tidak berspekulasi hingga hasil autopsi resmi dari pihak kepolisian dirilis.
“Banyak versi beredar saat ini. Saya meminta agar semua pihak, termasuk sekolah dan para guru, menjaga pernyataan agar situasi tetap kondusif. Kita tunggu proses penyelidikan dari aparat hukum,” jelasnya.
Hellyana juga menyebut bahwa ia telah bertemu dengan Bupati Bangka Selatan Riza Herdavid dan Wakil Bupati, untuk membahas langkah-langkah yang akan diambil pemerintah daerah dan provinsi. Ia menegaskan, kejadian ini bukan hanya menjadi perhatian lokal, tetapi telah menarik atensi pemerintah pusat.
“Kejadian ini sudah menjadi perhatian nasional, dan kami dari Pemerintah Provinsi tidak akan tinggal diam. Jika memang ada pihak yang terbukti bersalah, harus ada tindakan tegas. Ini menyangkut dunia pendidikan kita dan masa depan anak-anak,” tegasnya.
Menurut Hellyana, kasus ini juga menjadi peringatan serius bahwa kekerasan yang terjadi di usia dini bisa jadi dipengaruhi berbagai faktor, termasuk kurangnya pengawasan terhadap perilaku anak, baik di sekolah maupun di rumah.
“Apakah sistem pendidikan kita sudah terbiasa dengan kekerasan? Ini yang harus kita evaluasi. Jangan sampai anak-anak kita terbentuk dalam lingkungan yang menormalisasi kekerasan,” pungkasnya.(*)