Perguruan Tinggi Dalam Menghadapi Tantangan
Pangkalpinang, NIDIANEWS.COM – Universitas Bangka Belitung terus berorientasi sesuai dengan arus perkembangan teknologi. Di tengah tantangan yang semakin kompleks ini dengan dinamisasi cara pandang bahwa belajar itu belajar seumur hidup atau belajar sepanjang hayat (life long learning),
Maka lulusan UBB khususnya juga akan terus didorong untuk setelah lulus pun masih harus terus belajar , setelah lulus pun harus membuka diri. Hal ini dikemukakan Rektor UBB Prof Dr Ibrahim MSi, usai kegiatan wisuda sarjana UBB XXIX, Rabu (1/11/2023).
Dijelaskan Ibrahim bahwa perubahan-perubanan terori yang selama ini telah dipelajari di kampus dan sebagainya itu, secara disadari atau tidak, tetap akan semakin digantikan dengan temuan-temuan baru, fakta-fakta baru.
“Kami mendorong agar mahasiswa maupun lulusan UBB semakin dinamis, aplikatif dan terbuka terhadap perubahan yang terjadi secara cepat,” ulas Ibrahim.
Saat dikonfirmasi mengenai Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, Prof Ibrahim mengemukakan, bahwa sampai saat ini belum bisa diterapkan, karena masih membutuhkan masa transisi 2 tahun terutama kaitannya dengan penulisan skripsi.
“Jika pun selama ini persoalan skrispi mahasiswa masih dianggap sebagai tahapan keramat, maka dirinya optimis ke depan sesuai dengan Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 tersebut akan mampu mendorong para mahasiswa ke depan untuk memiliki beberapa pilihan,” jelas Prof Ibrahim.
Dimana kata Prof Ibrahim, kedepan yang ditekankan bahwa tidak hanya melulu terkait dengan skripsi tetapi juga bisa menempuh jalan lain seperti melakukan proyek kemanusiaan, proyek independent, menghasilkan produk dan sebagainya.
“Hal ini diupayakan agar bisa memberikan rasa nyaman kepada anak didik ataupun mahasiswa” jelasnya.
Jadi kata profesor ilmu politik, Intinya ke depan harus optimis bahwa konsep pengajaran dalam pengajaran dengan metode pendekatan dan memberikan pilihan bagi mahasiswa untuk memiliki kesempatan dan fasilitas menggali sendiri ilmu pengetahuannya.
Dimana akan memperoleh pengetahuan lebih mendalam itu akan menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan dan pendidik akan menjadi fasilitatornya.
Saat ditemui di tempat terpisah, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah (KLLDikti) II Prof Dr Iskhaq Iskandar MSc mengatakan bahwa perguruan tinggi itu memiliki tantangan di bidang digitalisasi.
Ada tiga tantangan perguruan tinggi di bidang digitalisasi.
Prof Iskhaq menjelaskan, tantangan pertama yakni kehadiran artificial intelegence (AI) kecerdasan buatan. Karena di AI ada Chat GPT (generative pre-training tranformer), dan mahasiswa membuat skripsi dalam tulisan hanya dalam hitungan menit.
Dalam upaya bagaimana caranya untuk maksimalkan itu dan juga membuka ruang bagi perguruan tinggi membuat standar sendiri dalam penyelenggaraan pendidikan.
“Maka muncul dan lahir Peraturan Menteri Dikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Di dalamnya disebutkan bahwa mahasiswa S1 pada saat lulus tidak harus menulis skripsi tapi juga boleh dengan karya lain yang ditentukan oleh perguruan tingginya sendiri” jelas Prof Iskhaq saat ditemui pada acara Dies Natalis Yayasan Pertiba dan grand launching Universitas Pertiba, Rabu (25/10/2023).
Melalui jalur konvensional selesai dengan menulis skripsi, tapi juga harus dibuat ruang, apa yang bisa disetarakan dengan tugas science.
Adapun tantangan kedua, jelas Kepala LLDikti Wilayah II adalah online course.
perkuliahan online ini, dibuka oleh perguruan tinggi ternama tingkat dunia. Sehingga ada kecenderungan lulusan SMA untuk memilih online course dan ini lebih praktis.
“Perkuliahan online ini diselenggarakan oleh perguruan tinggi di dunia,” katanya.
Dikemukakan Prof Iskhaq, ketikadia lulus, maka dia punya ijazah kelas internasional. Sehingga akan membuat daya jualnya, tentu lebih tinggi.
“Itu tantangan perguruan tinggi kita dibidang digital,” ujarnya.
Sedangkan tantangan ke tiga, adanya teknologi dalam bentuk digitalisasi pertemuan.
“Dalam bidang digital itu adalah metaverse seolah-olah kita berada dalam suasana ruang yang sama, padahal kita ada di mana-mana,” tambahnya.
Ke depannya, kata Prof Iskhaq, perguruan tinggi harus mengadopsi teknologi itu. Dimana kampus yang diinginkan adalah kampus yang punya teknologi tinggi IT.
“Bila perguruan tingginya besar, tapi teknologi IT tidak ada maka tidak akan bisa mengadopsi perubahan dibidang IT” tukasnya.
Begitupula dikemukakan Dr Zayadi, bahwa lembaga pendidikan dituntut mampu menjalankan proses pembelajaran atau sistem pendidikan yang inkulsif, tidak ekslusive dan berkualitas.
Hal ini dilakukan dengan cara mempersiapkan semua aspek sumberdaya manusia (SDM) berupa kompetensi dosen, tenaga pendidik dan mahasiswa serta pengelola pendidikan.
Mantan Rektor IAIN SAS Babel, Dr Zayadi Hamzah menilai sistem pendidikan di Indonesia sudah relatif menuju ke arah perbaikan.
Namun harus diikuti dengan kelengkapan variabel-variabelnya seperti, sarana, sistem pembelajaran, tenaga pengajar atau dosen dan lainnya.
“Kesiapan variabel tersebut akan sangat mempengaruhi kualitas output alumni dari perguruan tinggi tersebut ke depannya,” jelas Dr Zayadi Hamzah, saat ditemui di ruang kerjanya di Kantor Majelis Ulama Indonesia Bangka Belitung, Kamis (26/10/2023).
Menurut Zayadi, bagi sebuah universitas atau perguruan tinggi untuk melakukan hal yang tidak ada menjadi ada termasuk dalam pengadaan jabatan dan lain sebagainya juga merupakan hal yang wajar dilakukan.(AS)