Pangkalpinang, nidianews.com – Pada Tanggl 28 Oktober 2024 Pemerintah Kota Pangkalpinang menyelenggarakan upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-96 di Gedung Griya Timah, sebuah situs bersejarah yang menyimpan cerita penting dalam perjuangan bangsa. Pj Wali Kota Pangkalpinang, Budi Utama, memimpin upacara ini sebagai upaya untuk menanamkan nilai sejarah dan warisan budaya kepada generasi muda. Dengan memilih lokasi bersejarah, pemerintah berharap mampu memperkenalkan kekayaan budaya serta meningkatkan kesadaran generasi penerus akan pentingnya sejarah bangsa.
Dalam upacara yang digelar, Budi Utama menyampaikan bahwa pemilihan Gedung Griya Timah sebagai lokasi upacara bukanlah tanpa alasan. Langkah ini diambil agar peringatan Sumpah Pemuda kali ini dapat menghadirkan nuansa yang berbeda sekaligus menjadi ajang memperkenalkan warisan budaya. Budi yang juga memiliki latar belakang aktif di organisasi pemuda, menjelaskan bahwa acara ini bertujuan untuk mengajarkan generasi muda tentang pentingnya sejarah perjuangan.
“Saya dulu pernah tergabung di KNPI, Pemuda Pancasila, Pemuda Muhammadiyah, dan berbagai organisasi lainnya. Dengan pengalaman tersebut, saya ingin memberikan nuansa yang berbeda dalam peringatan kali ini,” ungkap Budi.
Dalam proses penentuan lokasi upacara, Budi Utama tidak bekerja sendiri. Ia berkolaborasi dengan Dato Akhmad Elvian, seorang sejarawan dan tokoh masyarakat yang memiliki pemahaman mendalam tentang sejarah Pangkalpinang. Bersama-sama, mereka menetapkan Gedung Griya Timah sebagai pilihan utama. Gedung ini tidak hanya memiliki nilai historis yang tinggi, tetapi juga menjadi saksi perjuangan masyarakat lokal dalam mempertahankan kemerdekaan.
Gedung Griya Timah memiliki sejarah panjang yang berawal dari masa setelah proklamasi kemerdekaan. Lima hari setelah Proklamasi Kemerdekaan, pada tanggal 22 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) membentuk beberapa organisasi penting seperti Komite Nasional, Partai Nasional Indonesia, dan Badan Keamanan Rakyat (BKR). BKR kemudian berkembang hingga ke Pulau Bangka, menjadi pondasi bagi masyarakat untuk memperkuat keamanan dan keselamatan setelah merdeka.
Pada awal September 1945, bekas anggota Heiho (tentara pembantu Jepang) dan Giyugun (tentara sukarela) berkumpul di Gedung Griya Timah ini, bersama sejumlah organisasi perjuangan rakyat lainnya. Mereka bertujuan untuk menjaga keamanan rakyat, khususnya dalam menghadapi berbagai ancaman pasca kemerdekaan. Gedung ini menjadi saksi bisu atas kerja keras mereka dalam mengamankan kemerdekaan yang baru saja diraih.