Upacara Adat Beluluh: Tradisi Sakral Kesultanan Kutai Kartanegara

Upacara Adat Beluluh
foto : Agri
Share disini

nidianews.com – Upacara adat Beluluh merupakan salah satu tradisi unik dan sakral dari Kesultanan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Ritual ini menjadi warisan budaya yang tak ternilai, bertujuan untuk menyucikan Sultan dan Putra Mahkota dari berbagai unsur kejahatan, baik yang terlihat maupun yang gaib. Dengan keunikan prosesi yang dijalankan, upacara ini sekaligus menjadi simbol kehormatan, spiritualitas, dan adat istiadat yang masih dijaga hingga saat ini.

Nama “Beluluh” berasal dari gabungan dua kata, yaitu “buluh” yang berarti batang bambu, dan “luluh” yang bermakna musnah atau hilang. Gabungan ini melambangkan harapan agar segala hal buruk yang menempel pada Sultan dan Putra Mahkota dapat dihilangkan melalui prosesi ritual ini.

Ritual Beluluh tidak hanya menjadi bentuk penyucian secara simbolis, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai kebersihan jiwa dan raga yang harus dijaga oleh seorang pemimpin. Dengan melaksanakan tradisi ini, Sultan diharapkan dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih.

Pelaksanaan Upacara Beluluh terdiri dari beberapa tahapan yang dijalankan dengan penuh khidmat. Setiap tahapan memiliki makna mendalam yang terkait dengan penyucian dan penghormatan terhadap adat leluhur. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai prosesi upacara adat ini:

Bacaan Lainnya
Yellow-and-Blue-Bold-Marketing-Agency-with-Hexagon-Frame-Linked-In-Banner

1. Persiapan Tempat dan Perlengkapan

Upacara Beluluh dimulai dengan persiapan tempat dan perlengkapan ritual. Balai bambu bertingkat tiga disiapkan sebagai tempat utama pelaksanaan upacara. Balai ini diletakkan di atas lukisan tambak karang, yang melambangkan kestabilan dan perlindungan. Kaki-kaki balai dihiasi dengan daun kelapa, sementara di setiap sudutnya disiapkan sesajian yang disebut peduduk.

Sesajian ini berisi berbagai perlengkapan simbolis seperti bunga, beras kuning, dan tepung tawar. Semua perlengkapan dipilih dengan hati-hati karena memiliki makna spiritual yang penting dalam ritual penyucian.

2. Pembacaan Doa oleh Belian

Pada awal prosesi, seorang belian atau pemimpin spiritual mengucapkan doa untuk memohon keberkahan dan perlindungan. Doa ini bertujuan untuk membersihkan Sultan dan Putra Mahkota dari segala pengaruh buruk yang dapat mengganggu tugas mereka sebagai pemimpin.

3. Ritual Penyucian dengan Air Bunga

Setelah doa selesai, Sultan dan Putra Mahkota akan didudukkan di atas balai bambu. Mereka kemudian diperciki dengan air bunga, yang dikenal dengan istilah tepung tawar. Air bunga ini melambangkan kesucian dan kesegaran jiwa, sekaligus sebagai simbol pembersihan dari energi negatif.

4. Taburan Beras Kuning

Setelah penyucian dengan air bunga, Sultan dan Putra Mahkota akan ditaburi dengan beras kuning. Beras kuning merupakan lambang kemakmuran dan keberkahan, yang diharapkan selalu menyertai perjalanan kepemimpinan mereka.

5. Prosesi Ketikai Lepas

Tahapan terakhir dari Upacara Beluluh adalah ritual ketikai lepas, di mana Sultan dan Putra Mahkota berjalan menuju pelataran keraton. Di tempat ini, mereka membuka anyaman daun, yang melambangkan pembebasan dari segala belenggu kejahatan. Prosesi ini menjadi simbol penyucian terakhir sebelum kembali ke kehidupan sehari-hari.

Upacara Beluluh biasanya dilaksanakan pada akhir atau awal tahun, bersamaan dengan pembukaan acara atau festival besar yang diadakan oleh Kesultanan Kutai Kartanegara. Waktu pelaksanaan ini dipilih secara khusus karena dianggap sebagai momen yang tepat untuk membersihkan diri dan memulai tahun baru dengan hati yang bersih.

Pos terkait

PT-NIDIA-MEDIA-UTAMA