Pangkalpinang, nidianews.com – Penyembelihan hewan qurban yang dilaksanakan sejak 10 hingga 13 Dzulhijjah bukan sekadar ritual tahunan semata, namun sarat makna dan nilai spiritual yang mendalam. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Prof Dr H Hattamar Rasyid, mengajak umat Muslim untuk meneladani semangat juang Nabi Ibrahim AS dan putranya, Ismail AS, yang dengan ikhlas menjalankan perintah Allah SWT.
“Pelaksanaan berqurban meneladani nilai mentalitas kejuangan Nabi Ibrahim AS dan putranya Ismail dalam mengurbankan seluruh potensi hidupnya untuk berkontribusi bagi kemajuan peradaban pembangunan masyarakat,” ujar Prof Dr H Hattamar Rasyid saat ditemui Sabtu (7/6/2025).
Menurutnya, kisah perjuangan spiritual keluarga Ibrahim bukan hanya peristiwa teologis dan kosmologis belaka, namun menjadi fondasi lahirnya peradaban Islam yang luar biasa.
“Generasi kita saat ini tidak pernah membayangkan bahwa peristiwa ribuan tahun lalu itu melahirkan kota Mekkah sebagai kota spiritual dan metropolitan, yang membawa keberkahan serta kekayaan besar bagi Saudi Arabia, bumi Nabi Muhammad SAW dan kakeknya, Nabi Ibrahim AS,” jelasnya.
Prof Hattamar menekankan bahwa keberadaan Mekkah sebagai pusat ibadah haji dan umrah merupakan warisan besar dari nilai-nilai ketulusan keluarga Nabi Ibrahim AS. Jutaan umat datang setiap tahun, tanpa henti bertawaf di Baitullah, sebagaimana janji Allah bahwa ibadah ini akan berlangsung hingga akhir zaman.
“Berqurban ini adalah bentuk keikhlasan tanpa pamrih. Keluarga Nabi Ibrahim telah mengajarkan makna pengorbanan yang tinggi demi peradaban umat. Ini warisan spiritual yang sangat besar,” tambahnya.
Namun, Prof Hattamar juga menyoroti tantangan yang dihadapi generasi Muslim saat ini di era perubahan yang cepat. Ia menegaskan perlunya membekali generasi muda dengan keimanan yang kokoh dan keterampilan yang relevan untuk menghadapi era revolusi industri 5.0.
“Inilah yang akan menjadikan kita mampu mengarungi zaman dengan selamat dan sukses mempersiapkan generasi yang memiliki keimanan tangguh, karakter Islami yang kuat, dan menguasai keterampilan yang dibutuhkan, termasuk literasi teknologi dan kecerdasan buatan (AI),” paparnya.
Prof Hattamar mengingatkan, salah satu tantangan besar di era disrupsi saat ini adalah dampak negatif dari perubahan yang terjadi secara cepat di berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, ia mengajak umat untuk terus memperkuat kompetensi dan literasi dalam menyongsong masa depan.
“Qurban juga menjadi simbol kepedulian terhadap kaum papa dan fakir miskin. Ini bukan hanya ibadah individual, melainkan juga bentuk penguatan nilai-nilai sosial umat Islam,” pungkasnya. (AS)