AEA2A348-B0E5-43A0-9E55-989E397CB541
image
394177-IMG-20250224-WA0002 (1)
Mitra
Budaya

Bedulang Kearifan Lokal Masyarakat Belitung

×

Bedulang Kearifan Lokal Masyarakat Belitung

Sebarkan artikel ini
bedulang. dok
kemenparekraf.go.id
Share disini

NIDIANEWS.COM – Tradisi makan bedulang merupakan prosesi makan bersama yang dilakukan menurut adat Belitung, tentunya dengan tata cara dan etika tertentu, yaitu makan bersama dalam satu dulang, di mana makanan diletakkan di dulang (nampan besar), diperuntukan bagi empat orang dengan duduk bersila di lantai dan saling berhadapan.

Makan bedulang mencerminkan keterikatan erat antara sistem sosial dan ekologi pulau Belitung. Filosofinya adalah rasa kebersamaan dan saling menghargai antar anggota masyakat.

Makanan yang disajikan terdiri dari 4 hingga 6 macam lauk, lengkap dengan nasi putih dan sambal. Menu paling utama adalah gagan, ikan berkuah kuning khas Belitung.

Saat disajikan, makanan tersebut masih tertutup tudung saji. Ada etika saat tradisi ini berlangsung, dimana orang yang paling tua akan membuka tudung saji.

Sementara orang yang paling muda bertugas dalam pembagian piring. Seiring berjalannya waktu, makan bedulang dilakukan pada acara tertentu dan orang tertentu saja. Misalnya untuk orang penting pada saat acara adat, syukuran, pernikahan, kelahiran, atau sunatan.

Melihat dari wujudnya maka tradisi makan masyarakat Belitung ini diperkirakan muncul saat Islam masuk di Belitung. Hal ini bisa dilihat dari aturan Bedulang yang mengharuskan orang yang menyantapnya duduk bersila sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW.

Selain itu riwayatnya juga bisa ditelusuri dari cerita setempat yang menyatakan bahwa Bedulang ini dulu merupakan tradisi makan bersama dalam sebuah keluarga di Belitung.

Inilah cikal bakal munculnya Bedulang sebagai tradisi makan bersama di Belitung. Namun seiring waktu, tradisi makan bersama dalam keluarga ini memang berkembang menjadi tradisi makan yang dilakukan pada momen-momen tertentu seperti acara besar keagamaan dan acara adat di Belitung.

bedulang
bedulang.nidianews.com

Dari sinilah kemudian Bedulang dikenal sebagai budaya Belitung dalam arti secara umum. Selain itu kisah Bedulang ini juga bisa kita telusuri dari perlengkapan pokok yaitu dulang atau tudung sajinya yang bundar. Jadi dulu tudung saji yang digunakan dalam Bedulang adalah dulang kayu hingga kemudian berganti menggunakan dulang seng hingga sampai saat ini.

Dalam tradisi Bedulang ini kita juga bisa menjumpai adanya aturan atau etika yang harus dijalankan oleh semua orang yang mengikutinya. Pertama, aturan dan etika dalam tradisi makan Bedulang ini adalah petugas yang mengangkat dulang dan mengantar makanan haruslah berjumlah paling sedikit tiga orang.

Ketika mengangkat dulang, harus dilakukan dengan kedua tangan disertai kaki kanan yang ditekuk ke atas lutut. Selain itu ketika mengangkat dulang, posisi pengangkat dulang tidak boleh membelakangi tamu. Dan setelah itu penyulu gawai akan menyalami para tamu serta akan mengatur posisi masing-masing tamu.

Aturan dan etika berikutnya dalam Bedulang yaitu yang membuka dulang atau tudung saji ini haruslah orang yang paling tua diantara keempat orang tersebut. Sementara orang yang mengambilkan makanan adalah orang yang paling muda sebagai perwujudan dan bentuk penghormatan pada orang yang lebih tua.

Setelah prosesi makan selesai dilaksanakan maka kemudian semua orang diharuskan mencuci tangan pada wadah yang telah disediakan. Tidak lupa juga setelah mencuci tangan, mereka harus mengeringkannya dengan serbet berlipat empat untuk kemudian dikembalikan pada keadaan seperti semula setelah dipakai.

Tradisi makan Bedulang merupakan salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat Belitung yang sudah mengakar dan turun menurun dan sudah membudaya yang kemudian dijadikan potensi pariwisata Belitung untuk menarik banyak wisatawan datang.

dikutip dari beberapa Sumber : kemenparekraf.go.id, Belitungisland.com