AEA2A348-B0E5-43A0-9E55-989E397CB541
IMG-20250203-WA0052
394177-IMG-20250224-WA0002 (1)
Mitra
Budaya

Mattunu Solong: Tradisi Menyalakan Pelita dalam Menyambut Ramadan di Polewali Mandar

×

Mattunu Solong: Tradisi Menyalakan Pelita dalam Menyambut Ramadan di Polewali Mandar

Sebarkan artikel ini
Mattunu Solong
foto: Ist
Share disini

nidianews.com – Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi unik dalam menyambut bulan suci Ramadan. Salah satu tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Polewali Mandar, Sulawesi Barat, adalah Mattunu Solong. Tradisi ini dilakukan dengan menyalakan pelita tradisional yang terbuat dari buah kemiri sebagai bentuk penghormatan dan permohonan keberkahan kepada Sang Pencipta menjelang Ramadan.

Dalam bahasa Mandar, “Mattunu Solong” berarti “menyalakan cahaya.” Tradisi ini memiliki makna simbolis sebagai penerangan menuju bulan suci, sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur dan harapan agar diberikan kelancaran dalam menunaikan ibadah puasa. Selain itu, tradisi ini juga mencerminkan kebersamaan dan semangat gotong royong dalam masyarakat.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Mattunu Solong dilakukan sebagai permohonan agar diberikan kesehatan dan umur panjang sehingga dapat menjalankan ibadah Ramadan dengan baik. Cahaya dari pelita juga melambangkan harapan dan doa yang dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tradisi Mattunu Solong dilakukan dengan persiapan yang cukup sederhana tetapi memiliki makna mendalam. Berikut adalah proses pelaksanaannya:

  1. Menyiapkan Pelita Tradisional – Pelita dibuat dari buah kemiri yang ditumpuk dengan kapuk sebagai sumbu. Buah kemiri dipilih karena kandungan minyaknya yang tinggi sehingga dapat menyala dalam waktu yang lama.
  2. Membentuk Pelita di Bambu – Potongan bambu digunakan sebagai tempat menyalakan pelita. Kapuk dan kemiri yang telah disusun diletakkan dalam bambu dan dipastikan bisa menyala dengan baik.
  3. Menempatkan Pelita di Sekitar Rumah – Setelah siap, pelita ditempatkan di berbagai titik sekitar rumah, seperti pagar, halaman, anak tangga, pintu masuk, hingga dapur. Pencahayaan ini memberikan suasana khas yang menambah nuansa sakral dalam menyambut Ramadan.
  4. Menyalakan Pelita Secara Bersama-sama – Saat senja, masyarakat bersama-sama menyalakan pelita, menciptakan pemandangan yang indah dengan cahaya berkelap-kelip di sekitar permukiman.

Mattunu Solong tidak hanya berfungsi sebagai tradisi spiritual, tetapi juga mempererat hubungan antaranggota masyarakat. Kegiatan ini sering dilakukan bersama-sama, baik oleh anak-anak maupun orang dewasa, menciptakan suasana kebersamaan yang hangat menjelang Ramadan.

Di era modern ini, penggunaan listrik sudah menggantikan fungsi penerangan dari pelita. Namun, masyarakat Polewali Mandar tetap menjaga tradisi ini sebagai warisan budaya yang kaya akan makna. Pelestarian tradisi ini juga menjadi upaya untuk mengenalkan nilai-nilai leluhur kepada generasi muda agar tetap terhubung dengan budaya lokal mereka.

Mattunu Solong adalah salah satu tradisi unik masyarakat Polewali Mandar dalam menyambut Ramadan. Dengan menyalakan pelita dari buah kemiri, tradisi ini menjadi simbol doa, harapan, dan kebersamaan dalam menyambut bulan penuh berkah. Meskipun zaman terus berkembang, menjaga tradisi ini tetap hidup adalah bentuk penghormatan terhadap warisan budaya dan identitas masyarakat Mandar. (*)