nidianews.com – Nirok Nanggok adalah cara tradisional masyarakat Belitung dalam mengambil ikan air tawar di sungai dan rawa-rawa yang dilakukan secara berkelompok. Tradisi ini tidak hanya mencerminkan keterampilan dan pengetahuan lokal tentang lingkungan perairan, tetapi juga menggambarkan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong yang masih kuat di masyarakat Belitung. Artikel ini akan mengulas sejarah, proses, serta makna dari tradisi Nirok Nanggok.
Nama Nirok Nanggok berasal dari nama alat yang digunakan untuk mencari ikan, yaitu “Tirok” dan “Tanggok”. Tirok adalah semacam tongkat kayu tajam, kira-kira berdiameter 1 cm, ukuran panjang tongkat bervariasi sekitar 2 sampai 4 meter, di bagian pangkal tongkat dipasang mata tombak dari logam, biasanya besi putih yang runcing dan tajam.
Sedangkan tanggok adalah semacam alat sejenis jala yang terbuat dari rotan, berukuran kecil dan bergagang lengkung, alat ini memiliki kegunaan untuk menangkap/menjaring ikan. Tanggok juga memiliki bentuk lainnya yaitu menggunakan jaring yang dipasang pada bingkai rotan yang dibentuk persegi panjang.
Nirok Nanggok telah dilakukan oleh masyarakat Belitung sejak zaman dahulu kala. Tradisi ini muncul dari kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, terutama protein dari ikan air tawar.
Pelaksanaan Nirok Nanggok melibatkan beberapa tahapan yang dilakukan secara berkelompok. Berikut adalah tahapan-tahapannya:
Persiapan Alat: Alat yang digunakan dalam Nirok Nanggok adalah “nanggok”, sejenis perangkap ikan yang terbuat dari bambu atau kayu. Alat ini dirancang sedemikian rupa agar ikan mudah masuk namun sulit keluar.
Pemilihan Lokasi: Lokasi yang dipilih biasanya adalah sungai atau rawa-rawa yang diperkirakan banyak terdapat ikan. Masyarakat setempat memiliki pengetahuan khusus tentang tempat-tempat yang potensial untuk menangkap ikan.
Pemasangan Perangkap: Perangkap nanggok dipasang di tempat-tempat yang strategis, seperti di aliran sungai yang tenang atau di antara vegetasi air. Pemasangan ini biasanya dilakukan pada pagi hari ketika aktivitas ikan sedang tinggi.
Penangkapan Ikan: Setelah perangkap dipasang, kelompok masyarakat akan menunggu beberapa saat hingga ikan masuk ke dalam perangkap. Proses ini dilakukan dengan penuh kesabaran dan keterampilan.
Pengambilan Perangkap: Setelah beberapa waktu, perangkap diambil dan ikan-ikan yang tertangkap dikumpulkan. Hasil tangkapan biasanya dibagi rata di antara anggota kelompok.
Tradisi ini bukan hanya sebagai aktivitas ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga sebagai sarana untuk mempererat hubungan sosial di antara anggota masyarakat. Selain itu, Nirok Nanggok juga sering menjadi bagian dari acara adat dan upacara tradisional di Belitung, menambah nilai sakral dan kebersamaan dalam setiap pelaksanaannya.
Nirok Nanggok adalah salah satu tradisi penting yang mencerminkan kebersamaan, kearifan lokal, dan nilai-nilai budaya masyarakat Belitung. Dengan memahami dan melestarikan tradisi ini, kita tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga memperkuat identitas dan kebersamaan dalam masyarakat. Melalui berbagai upaya pelestarian, Nirok Nanggok dapat tetap hidup dan dinikmati oleh generasi mendatang.(*)